Tuesday 8 June 2010

Atas nama DEMOKRASI


Beberapa hari ini dan mungkin beberapa hari kedepan,suguhan berita masih seputar “Israel dan Palestina”.Membosankan ? Mungkin ! Karena biasanya ,berita itu disuguhkan ,bukan langsung dari sumbernya,dan yang saya tidak tahu pasti ,mungkin ada muatan “kepentingan tertentu.” Who knows?

Yang menjadi menarik adalah berita seputar demo-demo yang marak belakangan ini.
Atas nama demokrasi ,demonstrasi memang akhirnya diperbolehkan,tapi tunggu dulu karena kalimatnya tidak berhenti disitu.Dipebolehkan dengan syarat-syarat tertentu!!Nah ini yang kadang “sengaja” dilupakan .Membawa ratusan massa bahkan mungkin mencapai ribuan , berorasi dengan urat leher yang nyaris putus,adalah salah salah satu potret “kebebasan” yang diidamkan berpuluh tahun.Bebas menyatakan pendapat.
Tetapi yang kadang terlupakan adalah bahwa kebebasan itu ada batasnya.Kita tidak bisa seenaknya menyuruh orang yang kita demo ,untuk menemui kita.Mereka pun punya kebebasan untuk tidak menemui para pendemo itu.Kebebasan orang lain pemakai jalan raya juga harus diperhatikan ,jangan terus seenaknya mentup jalan “atas nama demokrasi”.Membakar ban ban bekas,supaya jalan menjadi tertutup.Asap hitam dari ban yang terbakar adalah tanda bahwa demokrasi sedang berlangsung? Padahal asap dan bau ban yang terbakar ini sangat mengganggu penduduk sekitarnya dan pemakai jalan .Tetapi sering ini terabaiakan oleh para pendemo.Mungkin dalam pikiran mereka yang boleh merasakan kebebasan ini adalah mereka sendiri,orang lain ya nanti dulu.Padahal demokrasi lahir bukan untuk sebagian orang,yang mengatas namakan dirinya pejuang demokrasi.Demokrasi itu bagaikan hujan,panas...yang tidak memperdulikan golongan tertentu.Tetapi demi kepentingan orang banyak.Mereka pun juga berhak merasakan apa arti kebebasan itu.
Membakar foto atau bendera suatu negara,juga sudah menjadi “tren” pada saat berdemo.Ahhh salah kaprah apalagi ini.....Kita memang sedang dianugrahi alam kebebasan,tetapi tidak selayaknya kesempatan ini kita gunakan semau hati kita sendiri.Membakar bendera adalah membakar simbol suatu negara,lalu salah apa negara itu?Bisakah kita menyalahkan suatu negara ,hanya karena ada segelintir orang yang melakukan tindakan yang tidak kita sukai?
“Kekerasan” terhadap simbol simbol tertentu menunjukan bahwa sejatinya kita salah mengartikan arti demokrasi.”Demokrasi yang kebablasan”.Demokrasi yang tanpa rem ,tanpa kontrol dari manusianya sendiri,atau dengan kata lain demokrasi rem blong.Ufhh .Kebayang kan mobil yang remnya blong?Nyeruduk sana ,nyeruduk sini.Menabrak segala sesuatu yang merintangi jalannya .Akhirnya ongkos yang ditanggung untuk memperbaiki sangat mahal.Kekerasan yang melingkupi beberapa aksi demontrasi ,merupakan potret buram perjalanan bangsa ini memaknai arti kata demokrasi.Lucunya lagi ,orasi yang kadang kadang membuat kerongkongan kering,sering ditimpali masa pendemo dengan kata kata sendiri.”Serbu,.......Serang......terjang......!!!!!”Gubraakkk!!!!. Insiden Koja merupakan salah satu contohnya.Harga yang sangat mahal untuk sebuah demokrasi.Tetesan darah mengalir ,membasahi pertiwi.Tetesan air mata ,seakan tiada henti mengiringi orang yang dikasihi,meregang nyawa.Berapa mobil yang harus “rela” dibakar untuk membentengi diri dari serangan orang yang tidak dikehendaki.

Banyaknya berita mengenai aksi kekerasan yang dilakukan pada saat berdemo ini menunjukan bahwa .kita masih seenak sendiri menggunakan arti kata Demokrasi.Mugkin kosa kata dikepala kita perlu ditambah tentang makna demokrasi yang lebih luas,sehingga pada saatnya nanti demokrasi bukan hanya sekedar “bebas”’.

No comments:

Share/Save/Bookmark