Sunday 3 April 2011

Inilah modus Malinda Dee membobol dana nasabah Citibank


BERMODAL kepercayaan dan blangko kosong, Malinda menggangsir duit nasabah premiumnya. Sebelumnya, dengan alasan untuk kemudahan, jauh hari, si nasabah diminta meneken blangko kosong itu. Inilah sebagian modus Senior Relationship Manager Citibank itu mengeruk pundi-pundi nasabahnya.

TERBONGKARNYA kejahatan Malinda berawal dari laporan seorang nasabah ke pimpinan Citibank, pertengahan Januari lalu. Nasabah itu, seorang perwira tinggi polisi. Kepada petinggi Citibank, nasabah itu mencak-mencak lantaran simpanan Citigold-nya telah dijebol. Jumlahnya miliaran rupiah. Setelah ditelusuri, perwira polisi ini rupanya nasabah Malinda saat menjadi relationship manager di Citibank cabang Landmark, Jakarta Selatan.

Dari hasil pemeriksaan, selama 22 tahun Malinda bekerja di Citibank, ada 500-an nasabah Citigold yang ditanganinya. Sebelum akhirnya ditarik ke kantor pusat setahun terakhir, sebagian besar karier ibu tiga anak ini dihabiskan di kantor Landmark. Manajemen Citibank menghubungi beberapa nasabah untuk memastikan kejadian yang dialami perwira polisi itu tidak menimpa yang lain. Setelah investigasi sebulan, ternyata ada ratusan nasabah yang mengklaim dananya hilang tak jelas. Jumlah totalnya mencapai Rp 90 miliar. Februari lalu, Malinda langsung dipecat.

Dari penelusuran tim investigasi internal, menurut seorang karyawan Citibank, modus yang digunakan Malinda beragam. Karena nasabahnya kelas premium, pelayanan untuk kalangan ini pun dibuat serba mudah. Mereka tak perlu menginjakkan kaki ke bank. Relationship manager akan menelepon atau mendatangi mereka.

Nasabah yang telanjur percaya biasanya lantas ambil gampang. Semua blangko transaksi sudah diteken jauh-jauh hari sebelumnya. Saat akan me lakukan transaksi, nasabah cukup menelepon relationship manager-nya. Nah, Malinda salah satunya. "Tanda tangannya juga kerap di atas punggung Malinda," ujar karyawan itu.

Malinda menggasak duit nasabahnya bermodal blangko kosong yang sudah diteken itu. Malinda biasanya memang tak sungkan merayu nasabahnya. Dengan pe nampilannya yang menawan, tampak nya banyak klien Malinda yang "ber tekuk lutut" terbuai rayuan Malinda.

Dengan blangko kosong itulah, Malinda membujuk nasabahnya menanamkan dana ke produk investasi. Yang ditawarkan biasanya asuransi. Produk asuransi dipilih karena ia memiliki perusahaan asuransi di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan. Malinda juga menjadi agen "terselubung" perusahaan asuransi ternama. Perusahaan ini tak lain perusahaan reasuransi yang menjamin klaim asuransi di perusahaannya.

Setelah nasabah setuju, Malinda menulis jumlah dana yang hendak diinvestasikan. Dari sini, aksi tipu-tipu dimulai. Duit tak diinvestasikan Malinda. Melalui teller Dwi, duit itu disetor atau dipindahbukukan ke 12 rekeningnya. Untuk laporan ke nasabah, ia menciptakan laporan fiktif. Blangko asuransi yang digunakan kerap memakai klaim asuransi perusahaannya atau perusahaan reasuransi tempat ia, diam-diam, menjadi agen. Modus yang juga kerap ia pakai adalah menggunting dalam lipatan. Malinda menyetor atau memindahbukukan isi rekening nasabah tanpa setahu mereka.

Awal Maret lalu, investigasi internal Citibank rampung. Bagian Kepatuhan dan Pengawasan Citibank melaporkan penyimpangan ini ke Direktorat Pengawasan Bank Indonesia. Sepekan kemudian, Citibank melaporkan kasus itu ke polisi. Namun hanya tiga nasabah yang dilaporkan mengalami kerugian. "Karena cuma tiga itu yang bersedia," ujar seorang penyidik.

Polisi pun bergerak. Sebanyak 13 saksi, sebagian besar dari Citibank, langsung diperiksa. Dari sini polisi mengantongi barang bukti berupa blangko kosong yang sudah diteken nasabah Malinda. Kendati nasabah yang melapor tiga orang, Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam yakin korban Malinda masih banyak. Korban Malinda juga meliputi sejumlah petinggi

Menurut Country Corporate Affairs Head Citibank Indonesia Ditta Amahorseya, Citibank menjamin mengganti seluruh dana nasabah yang hilang akibat transaksi tidak sah yang dilakukan nasabahnya. Ditta menegaskan, kasus seperti Malinda hanya terjadi di satu cabang, yaitu cabang Landmark. Dengan alasan kasusnya tengah disidik kepolisian, Ditta enggan menjawab soal modus yang digunakan Malinda.


Juru bicara Bank Indonesia, Difi Ahmad Johansyah, mengatakan sistem bank secara umum sudah dibuat dengan sistem perlindungan nasabah yang ketat. Dalam kasus Citibank, kata Difi, Malinda adalah "oknum".

Adapun Malinda sendiri tampaknya tak mengira aksinya ini bakal terbongkar. Seorang penyidik bercerita, awalnya Malinda keukeuh membantah melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan kepadanya itu. Belakangan, setelah terus diinterogasi, ia akhirnya menyerah. Anton Bach rul Alam juga mengakui soal itu. "Belakangan akhirnya dia mengaku juga," kata Anton.




Ringkasan modus pembobolan dana nasabah Citibank oleh Malinda

Blangko kosong pencairan dana diteken nasabah.
Malinda membujuk nasabahnya membeli produk investasi, terutama asuransi.
Nasabah setuju, biasanya cukup lewat telepon.
Malinda mengisi blangko kosong itu dengan sejumlah dana yang disetujui nasabah.
Malinda mengisi blangko kosong itu dengan sejumlah dana tanpa setahu nasabah.
Karena dokumen lengkap, manajemen Citibank menyetujui pencairan dana.
Karena dokumen lengkap, manajemen Citibank menyetujui transaksi yang diajukan Malinda.
Malinda meminta Dwi menarik atau memindahbukukan duit dari rekening nasabahnya itu.
Malinda mendatangi teller "langganannya" bernama Dwi.
Melalui Dwi, duit berpindah ke 12 rekening bank lain atas nama Malinda, perusahaan asuransi milik Malinda, dan rekening dua anaknya.
Malinda mengirim bukti investasi asuransi fiktif ke nasabah.
Nasabah belakangan tahu rekeningnya dijebol.











sumber disini

No comments:

Share/Save/Bookmark