Sunday 13 February 2011

"Bersama-sama mengusir warga Ahmadiyah dari Cikeusik"& ' Kiai Siapkan "

Inilah isi pesan pendek yang diterima masyarakat sebelum kerusuhan Cikeusik terjadi."Kiai Siapkan " dan satu lagi "bersama-sama mengusir warga Ahmadiyah dari Cikeusik".


Munir bin Masri, pengasuh Pesantren Darul Iftidha, Cikeusik, menerima pesan itu. Merasa setuju, Munir lantas mengerahkan santrinya ikut demonstrasi. Muhammad bin Syarif, Ketua Gerakan Muslim Cikeusik, mendapat pesan yang sama.
Siapa pengirim pesan dua kata itu? Munir terang-terangan menyebutkan satu nama, "Kiai Ujang." Kerabat seorang pengasuh pesantren di Cibaliung mengatakan hal serupa. "Kakak saya di-SMS Kiai Ujang," ujar dia. Tapi Muhammad Djohar mengaku tak tahu. "Pokoknya dari sebuah nomor yang tak dikenal," katanya.

Kiai Ujang Arif bin Surya berasal dari Kampung Bengkung, Desa Cigeulis, yang jaraknya 30 kilometer dari Cikeusik. Merujuk kampungnya itu, ia dikenal dengan sebutan "Kiai Ujang Bengkung". Ia memimpin Pesantren Bani Surya, dan kesohor paling getol menyerukan pengusiran warga Ahmadiyah dari Cikeusik. Menurut Aziz, warga Kampung Cibaliung, di antara tokoh penentang Ahmadiyah, Ujang paling vokal. "Mungkin karena dia Ketua Front Pembela Islam Pandeglang," katanya.

Pada akhir Januari lalu, dalam pengajian yang digelar Gerakan Muslim Cikeusik, Ujang mengajak jemaah yang hadir mengusir warga Ahmadiyah. Gerakan Muslim Cikeusik baru dibentuk sebulan lalu. Kelompok ini gencar mendesak pembubaran Ahmadiyah di Pandeglang.

SEORANG saksi mata, Mamat, melihat Kiai Ujang ada di antara massa penyerbu rumah Suparman. Saat itu masih sekitar pukul 09.00. Massa dari arah Cibaliung, Cigeulis, Munjul, dan kecamatan lain di wilayah Pandeglang berkumpul di depan Masjid Al-Huda. "Ada Kiai Ujang Bengkung di sana," katanya. Saksi lain, sebut saja Ali, yang berada di depan rumah Suparman saat kejadian, mengatakan sempat mencium tangan Ujang.

Sumber di kepolisian membenarkan Ujang dicurigai terlibat peristiwa Ahad berdarah itu. Saat ini polisi terus memburu lelaki itu. "Dia kabur seusai penyerangan," katanya.

Agus Setiawan, anggota tim pembela muslim Banten yang mendampingi para kiai saat diperiksa polisi, berharap Ujang Bengkung segera keluar dari persembunyian. "Dia memang disebut polisi sebagai penyebar pesan singkat ajakan demonstrasi Ahad itu," katanya.

Adapun juru bicara Front Pembela Islam, Munarman, mengaku tak mengenal Ujang Bengkung. Menurut dia, organisasi FPI di Pandeglang juga tidak eksis. "Setahu saya enggak ada," katanya. Munarman juga menolak FPI dikait-kaitkan dengan insiden Cikeusik.

Sumber Tempo menyebutkan adanya peran Kepala Desa Umbulan Muhammad Djohar. Pada pemilihan kepala desa April 2010, Djohar berjanji akan mengusir warga Ahmadiyah jika terpilih. "Jangan panggil nama saya Djohar jika tidak terlaksana," katanya ketika itu, seperti ditirukan sang sumber.

Djohar kepada Tempo membantah pernah menjual isu itu. "Enggak ada itu. Saya enggak berani," ujarnya. Dia mengatakan keinginan mengusir Jemaat Ahmadiyah murni dari warga. Sebab, warga Cikeusik resah lantaran Suparman mengajak orang lain memeluk Ahmadiyah. Selain itu, "Kalau salat, dia enggak mau berjemaah di masjid."

Dari mana para penyerang? Mamat ingat betul, orang yang berduyun-duyun ke rumah Suparman tegap-tegap tubuhnya. "Sepertinya mereka bukan santri, tapi jawara," katanya. Golok yang masih tersarung menyembul dari balik baju. Di bagian dada, terpacak pita biru sebagai penanda.

No comments:

Share/Save/Bookmark