Saturday 10 July 2010

Juara Piala Dunia 2010,Belanda atau Spanyol?

Jalan panjang untuk menjadi nomer satu dijagad sepakbola,nanti malam akan tuntas,tanpa harus "membunuh " lawan.Tidak seperti cerita dalam dunia persilatan,dimana sang jago untuk menjadi nomer satu harus membunuh lawan tandingnya ,dalam sepakbola mengatasi strategi lawan,menjadi kunci kemenangan suatu team. Siapa bilang kalau meenjsdi nomer dua tidak akan dikenang ?

Team Belanda 1974,membuktikan bahwa menjadi nomer dua ,tidaklah selalu habis.Justru kehebatan jago nomor dua itulah yang hingga kini masih terus diperbincangkan: sebagai jago tak bermahkota, sebagai jawara tanpa piala. Dibandingkan dengan 18 edisi final Piala Dunia yang telah berlalu sejak 1930, pengakuan terhadap aksi-aksi indah tim total football pada 1974 itu akhirnya mirip dengan filosofi Hans Jaladara tentang ilmu surat, bukan yang ilmu silat.

Belanda telah memproklamasikan metamorfosis ala Bert van Marwijk dengan penuh keyakinan bahwa jalan itulah yang akan mengantar mereka meraih puncak tahta. “Dengan materi pemain saya sekarang, tidak sulit untuk memainkan sepak bola indah. Tetapi kami tidak ingin mereka hanyut dalam permainan rileks itu, lalu kedisiplinan kami digoyahkan oleh serangan balik lawan. Sepak bola indah itu hanya bonus, selebihnya tugas kami memenangkan pertandingan. Para pemain selalu saya ingatkan, masih ada pertandingan berikutnya,” ungkap bekas arsitek Feyenoord yang hanya pernah sekali mengenakan kostum tim Oranye itu.

“Masih ada pertandingan berikut”, artinya, anak-anak Oranye tak boleh konyol mengorbankan peluang hanya lantaran keterbuaian pada keelokan permainan menyerang.

Lain Belanda ,lain pula calon lawan mereka Spanyol.
Membandingkan keelokan Brasil 1970 dengan kinerja Spanyol mungkin sedikit berlebihan, namun dari aspek keindahan, tak ada yang keliru dengan itu. Pele, Jairzinho, Tostao, Rivelino adalah bagian dari sejarah tim terbaik Samba sepanjang masa yang seperti “bermain-main” dengan penuh kegembiraan di Piala Dunia Meksiko 1970, bebas menari-nari ketimbang terikat pada struktur organisasi permainan.

Spanyol mengetengahkan “irama” serupa, walaupun diperbedakan oleh kultur yang diekspresikan. Kegairahan Samba, tak sama dengan ekspresi jiwa para matador. Yang menyamakan mungkin bagaimana permainan adu manusia dengan banteng itu mengungkapkan kegembiraan hati, bawah sadar “permainan”, luapan jiwa yang bebas. Budaya penjinakan itulah yang akan mengepung ketangguhan kedisiplinan organisasi sistem Belanda. Mereka mengungkapkan seni itu lewat kerja sama yang disebut tiki-taka, “umpan-umpan pendek, mengalir indah, jangan sampai kehilangan bola”.

La Furia Roja konsisten dengan gaya bermain yang telah merasuki penjiwaan sebagai pemeluk mazhab sepak bola menyerang. Bedanya dari tim menyerang lainnya, attacking football Spanyol diracik dengan pendekatan posesivitas sampai pada doktrin tak boleh kehilangan bola, ber-tiki-tata! Perpaduan konsep ini melahirkan permainan elok, yang orang Jawa bilang -" merak-ati".

Mereka bergerak, berpermutasi, terus berotasi dengan memainkan bola secara posesif. Kerja sama yang sangat kental, menyatu, dan terjalin selama lebih dari dua tahun terakhir. Kelebihan itulah yang dipuji oleh arsitek Jerman, Joachim Loew.

Memperkirakan siapa juara nanti malam ,mungkin sangat sulit dilihat dari sejarah pertandingan kedua tim mulai dari babak penyisihan.


Hanya gurita Paul saja yang sudah memastikan siapa juara Piala Dunia 2010 nati malam.


No comments:

Share/Save/Bookmark